Kesulitan Ekonomi Menjadi Pelaku Begal Tetap Nekat

Kriminal26 Dilihat

BegalJakarta, beritaasatu.com – Aksi pembegalan masih terus terjadi di berbagai daerah Indonesia, meski pelaku begal yang dikeroyok dan dibakar massa terus meningkat.

Indonesia Police Watch (IPW) menengarai aksi kejahatan begal tersebut karena masih didasari kesulitan ekonomi dan sempitnya lapangan kerja membuat berbagai pihak tetap nekat melakukannya, meski ancaman kematian akibat dikeroyok massa selalu di depan mata.

Ketua Presidium IPW Neta S Pane mencatat, selama tiga bulan terakhir, yakni dari Januari hingga Maret 2015 ada 20 begal yang dikeroyok dan dibakar massa. Dari jumlah itu 11 begal tewas dan 9 luka berat. Sebagian besar begal yang tewas dan luka mengalami luka parah di bagian kepala. Jateng menjadi daerah paling rawan aksi pengeroyokan begal, yakni ada 5 kasus, yang 4 di antaranya terjadi di Sukoharjo. Jabar menduduki posisi kedua, dengan 4 kasus. Lampung dan Jakarta 2 kasus. Banten dan Sumsel 1 kasus.

“Usia begal yang dikeroyok tergolong produktif. Usia 17 sampai 40 tahun ada 15 orang, usia di atas 40 tahun ada 3 orang, dan usia 15 tahun ada 2 orang,” beber Neta, di Jakarta, Rabu (1/4/2015).

Menurut dia, para begal itu tergolong sadis. Sebagian besar korban mereka bacok dan tembak. Mungkin karena itu massa tak segan-segan mengeroyok begal sampai mati. Artinya, tindakan main hakim sendiri adalah wujud
dari kekesalan masyarakat terhadap pelaku kriminal dan ketidakpuasan masyarakat terhadap proses hukum serta ketidakpercayaan pada aparat keamanan.

“Makin banyaknya aksi kejahatan tentu akan makin memicu aksi main hakim sendiri. Padahal aksi main hakim sendiri ini merupakan tindak kriminal dan pelanggaran hukum,” terang Neta.

Lebih lanjut, Neta mengaku Polisi sendiri sebenarnya sudah bekerja keras memberantas begal. Bahkan begal yang ditembak polisi cukup banyak. Lebih banyak dari yang dikeroyok massa. Dalam tiga bulan terakhir IPW mencatat, ada 43 begal yang ditembak polisi. Sebanyak 14 di antaranya tewas dan 29 luka. Jakarta Barat menjadi kawasan yang paling banyak penembakan pada begal, yakni ada 18 orang. Urutan kedua Bekasi, ada 8 begal yang ditembak, 6 di antaranya tewas.

“Meski aksi pengeroyokan massa banyak terjadi dan polisi makin agresif melakukan penembakan, aksi pembegalan masih saja marak,” ujarnya.

Dikatakan dia, dalam seminggu terakhir misalnya, hampir setiap hari di berbagai daerah aksi pembegalan masih terjadi. Sepertinya para begal belum juga jera. Kesulitan ekonomi, apalagi setelah harga-harga kebutuhan tidak terkendali, menjadi salah satu faktor kejahatan jalanan kian marak.

“Agaknya pemerintahan Presiden Jokowi perlu mencermati fenomena ini,” pungkasnya.

Komentar