Jakarta, beritaasatu.com – Dalam rangka mengkritisi terhadap pembuatan film “Di Balik 98” yang dinilai melenceng dari fakta sejarah, Jaringan Aktivis 98 melakukan protes keras.
Perwakilan mahasiswa 98, Sayid Junaidi menuturkan bahwa pengkritisan itu dilakukan karena kegelisahan eksponen mahasiswa. Menurutnya, ada beberapa hal yang dikira tidak sesuai fakta. Seperti adanya bendera elemen tertentu yang terorganisir.
“Kita saat itu atas nama mahasiswa yang berbaur. Ada memang OKP-OKP, namun semua melebur atas nama mahasiswa,” kata Sayid saat jumpa pers di Warung Daun Cikini Menteng Jakpus, Rabu (7/1/2015).
Selain itu, kata Sayid, muncul adegan rektor yang menyampaikan korban dengan jumlah dan nama yang salah. Disitu harusnya tidak ada tentara yang memakai baju hitam.
“Saat itu, kalau ada yang mau pakai baju, ya pakai baret ungu. Atau pakai ponco, biar gak pakai,” terang dia.
Sayid juga mempertanyakan mengapa tanggal pemutaran dilakukan pada 15 Januari yang identik dengan gerakan mahasiswa 74. Pada tanggal itu, meletus tragedi Lima Belas Januari (Malari).
“Tanggalnya juga bermasalah. Kenapa film 98 diluncurkan pada 15 Januari alias Malari 74. Biarkan kami dengan dinamika kami dan 74 dengan 74,” bebernya.
Lebih jauh, Ketua DPD Hanura ini juga membantah bahwa Ketua Umumnya Wiranto memberikan dana terhadap film ini.
“Jadi saya garansi Wiranto tidak membiayai. Ini bukan rumor. Saya garansi dan saya suda kontak pak Wiranto bahwa beliau tidak membiayai film tersebut,” cetus dia.
Pihaknya merasa kecewa dengan isi film yang disutradarai Lukman Sardi itu. Kekecewaan dipicu banyak adegan yang tidak sesuai dengan realita sejarah. Khususnya saat mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR.
“Makanya kita disini untuk meluruskan sejarah. pertemuan ini murni untuk meluruskan sejarah. Tidak ada motif politik. Pertemuan ini juga tidak dibiayai partai politik manapun. Kami urunan bersama kawan-kawan,” tukasnya.