Jakarta – Publik mengapresiasi langkah Panglima TNI yang baru Jenderal Gatot Nurmantyo yang menginstrusikan agar segera mengusut tuntas insiden penyerangan ratusan orang bersenjata lengkap di Markas Brimob Kompi 2 di Jalan Simongan, Semarang Barat, Kota Semarang, Minggu (12/7/2015) sekira pukul 02.00 Wib.
Ketua Umum Gerakan Manusia Pancasila (GEMPA) Willy Prakarsa meminta agar instruksi Panglima itu segera direalisasikan anak buahnya melalui Kadispen untuk ditindak lanjuti.
“Penyerangan yang diduga oleh oknum Anggota Penerbang TNI AD (Penerbad) ke Mako Brimob Detasemen A Pelopor Subden 2 di Kelurahan Gisikdrono Minggu kemarin itu telah menjadi preseden terburuk buat para oknum TNI di tengah Panglima TNI yang baru terpilih,” tutur Willy saat gelar buka bersama dengan Forum Wartawan Jakarta (FWJ) di bilangan Menteng, Jakarta, Minggu (12/7/2015).
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan insiden penyerangan itu mengingatkan kalangan aktivis saat reformasi bergejolak 1 Mei 1998 dengan dibentuknya Pamswakarsa. Kala itu TNI AD dengan wajah garang bersenapan laras panjang bentrok dengan para aktivis (Mahasiswa) yang berakhir dicabutnya Dwi Fungsi ABRI diparlemen.
“Padahal jelas TNI itu dari rakyat untuk rakyat,” ujarnya.
Sementara itu, lanjut eks aktivis 98 ini, pasca reformasi 98, sudah banyak perubahan dan kini harus sepenuhnya diwujudkan di era reformasi tidak boleh lagi terjadi seperti itu dinegeri ini. Willy pun menilai sangat tepat dan elok jika Gatot Nurmantyo mengintruksikan segera di usut tuntas secara hukum agar peristiwa seperti ini tidak lagi terulang dikemudian hari.
“Tugas Polri adalah sebagai penegak hukum. Sangatlah berat apalagi jelang hari Raya Idul Fitri, Polri harus bekerja ekstra keras dan jarang berkumpul keluarga disetiap hari Raya. Mengatur lalu lintas juga menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban,” bebernya.
Lebih lanjut, Willy mengemukakan harusnya TNI membantu Polri atur lalu lintas jelang hari Raya hingga timbul sinergisitas antara TNI dan Polri sekaligus menghilangkan trauma aktivis pada TNI.
“Kalau maunya bentrok melulu gimana rakyat mau beri apresiasi dan simpati kepada TNI. Jangan sampai publik menilai kalau TNI tidak punya rasa malu pada rakyat dengan pertontonkan bentrokan melulu,” kata dia.
Lebih jauh, Willy mengaku optimis kedua institusi itu baik TNI maupun Polri sangat erat hubungan emosionalnya. Mengingat keduanya satu angkatan yakni Akmil ’82.
“Jayalah TNI dan tetap Jayalah Polri ku. Baik TNI maupun Polri keduanya adalah intitusi yang mengabdi pada UUD 1945 dan Pancasila. Dengan semangat UUD 1945 dan Pancasila sudah saatnya ciptakan sinergisitas dan humanis kepada rakyat di NKRI,” tukasnya.