Suara PSI Melonjak di Sirekap, Pengamat Politik : Basis Suara Mulai Berdenyut, Jangan Suudzon

oleh
oleh

Jakarta – Pengamat Politik UIN Jakarta, Adi Prayitno, menyarankan publik tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan soal lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap).

Menurutnya, perlu diperhatikan bahwa masih ada kemungkinan perolehan suara yang telah dicatat dalam sistem tersebut masih belum final dan perlu diklarifikasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Bagi kami sebagai dosen atau peneliti, tidak akan terburu-buru mengambil kesimpulan. Yang ingin saya katakan, Sirekap bukan hasil resmi. Masih ada error yang beberapa hari lalu diklarifikasi,” kata Adi dalam program “Apa Kabar Indonesia Pagi” di TV One, dilansir Senin (4/3).

Adi juga mengingatkan kenaikan suara terhadap partai tersebut juga bisa dikatakan wajar mengingat meningkatkan basis suara dari PSI.

“Orang lupa, basis-basis PSI mulai berdenyut di banyak tempat. Padahal ada Banten III atau Tangerang Raya. Kemudian juga Jawa Tengah. Juga Jawa Timur. Selama ini publik hanya melihat Jakarta. PSI kan jauh lebih agresif dan massif di 2024, baliho Kaesang dan Pak Jokowi ada di mana-mana,” lanjut Adi.

Adi memaparkan, hasil quick count memang menyatakan PSI tidak lolos ke Senayan. Hanya 2,89 persen. Kalau margin of error 1 persen, maka menjadi ,88 persen. Tetap tidak lolos.

“Begitu ada penambahan suara, publik langsung suuzhon. Wah, ada operasi pasar ini, kata mereka. Ada invisible hand. Seakan-akan ada upaya untuk meloloskan PSI. Juga karena ada partai yang tren suaranya turun, terutama yang tidak lolos,” lanjut Adi.

Kalau suara Partai Gelora mau naik 200 atau 300 ribu suara dalam sehari, publik akan bilang: tetap gak akan lolos partai ini. Ketika suara PKB naik signifikan, orang juga tahu barang ini pasti lolos.

“PSI beda. Masih jadi misteri apakah lolos atau tidak. Masih tanda tanya besar. Ini yang membuat orang ramai. Karena dalam QC, PSI tidak lolos ke Senayan,” kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.