Gugur Satu, Dinasti Atut Tumbuh Jadi Tiga

oleh
oleh

ratu atut tipikorBeritaasatu – Gubernur Banten nonaktif Ratu Atut Chosiyah (53) resmi diberhentikan dari jabatannya melalui Keputusan Presiden (Keppres) No 63/P Tahun 2015.

Menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, sudah dikirim ke DPRD Banten.

“Keppres pemberhentian (Atut) itu kita kirim ke Banten untuk diputuskan dan kemudian diusulkan oleh DPRD Provinsi Banten dalam sidang paripurna yang isinya mengusulkan Plt menjadi gubernur definitif,” kata Tjahjo.

Antaranews, Senin 29 Juli 2015

Atut terbukti melakukan tindak korupsi dan telah divonis kasasi selama tujuh tahun penjara pada Februari 2015. Putusan ini tiga tahun lebih berat dibanding putusan pengadilan tingkat pertama.

Dengan pemberhentian Atut sebagai gubernur, dinasti Tubagus Chasan Sochib — ayah Atut — di posisi kepala daerah kawasan Banten menjadi berkurang. Namun pepatah mengatakan, patah tumbuh silih berganti.

Dalam pilkada serentak 2015, tiga orang kerabat dekat Atut mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Sebagai informasi, Provinsi Banten menyelenggarakan pilkada serentak di Kota Cilegon, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang.

Keluarga Atut masing-masing maju di tiga daerah.

Ratu Tatu Chasanah, adik Atut, menjadi calon Bupati Serang bersama Panji Tirtayasa. Mereka berdua diusung Golkar, PDIP, PKS, PAN, PKB, Nasdem, PPP, dan Demokrat.

Sementara di Tangerang Selatan, walikota petahana Airin Rachmi Diany — ipar Atut — kembali berpasangan dengan Benyamin Davnie. Pasangan ini didukung Golkar, PKS, PKB, PAN, NasDem, dan PPP.

Sedangkan menantu Atut, Tanto Warsono Arban — suami anak kedua Atut, Andiara Aprilia Hikmat — maju sebagai calon Wakil Bupati Pandeglang. Ia mendampingi Irna Narulita — anggota DPR yang juga istri mantan bupati Pandeglang Dimyati Natakusumah.

Pasangan Irna-Tanto mendapat dukungan dari PKB, Nasdem, PKS, PBB, PAN, Hanura dan Gerindra.

Meski begitu, Tatu menganggap tak ada dinasti politik di Banten. Menurut dia, pemilu adalah hajat rakyat dan rakyat yang menentukan pemimpinnya secara demokratis.

“Jadi kami bertarung pun belum tentu menang. Jadi terserah masyarakat yang menilai. Mau memilih kami atau tidak,” ucap Tatu.

ROL, Senin 29 Juli 2015.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.