Di Hadapan Mahasiswa UIN Lampung, Ketua FKPT Ini Sebutkan Ciri Paham Radikalisme

oleh
oleh

BeritaAsatu.com – Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung, Abdul Syukur menilai bahwa paham radikalisme sudah menyasar kepada generasi muda Indonesia termasuk juga Mahasiswa sebagai kaum intelektual.

Alasan mengapa kelompok radikal ini memapar Mahasiswa khususnya Mahasiswa baru, menurutnya adalah para Mahasiswa tersebut masih labil dan masih mencari jati diri mereka, sehingga doktrin yang menyesatkan semacam itu mudah masuk.

“Kenapa sasaran penyebaran paham radikal dan intoleran adalah mahasiswa baru, karena mereka masih mencari jati diri,” kata Abdul Syukur dalam dialog kebangsaan dengan tema “Peran Pemuda dalam Menangkal Radikalisme di Lampung” yang digelar oleh Generasi Muda Muslim Indonesia (GMMI) dan Fakultas Tarbiyah UIN Raden Inten Lampung, Senin (20/8/2018).

Untuk itu, ia pun menyerukan agar Mahasiswa menyadari akan hadirnya paham-paham radikal di lingkungan sekitar mereka, baik di keluarga maupun di lingkungan kampus. Jika kesadaran itu terbangunkan, maka secara alamiah Mahasiswa akan menentang paham tersebut.

“Ormas yang mengganggu, yang mengobok-obok keutuhan NKRI harus dilakukan penangkalan. Apapun ormas yang masuk sejenis HTI (Hizbut Tahrir Indonesia -red), kita harus menangkalnya,” tuturnya.

Namun berdasarkan hasil survei, Abdul Syukur sangat mensyukuri bahwa UIN Raden Intan Lampung merupakan salah satu kampus yang bersih dari paparan paham radikalisme, meskipun Lampung sendiri ditetapkan sebagai zona merah pemaparan paham radikal di Indonesia.

“UIN Raden Intan Lampung terbersih se-indonesia di antara 37 kampus yang terpapar dari kotoran radikalisme, sekaligus pelopor deklarasi kebangsaaan melawan radikalisme, anti radikal dan komunisme,” pungkasnya.

Lebih lanjut, sebagai salah satu penyadaran lanjutan terhadap masuknya paham radikal menurut Abdul Syukur bahwa generasi muda harus memahami 5 poin penting ajaran paham radikal sudah mulai masuk. Beberapa diantaranya adalah pandangan dan pemahaman sempit terhadap ajaran agama.

“Sempit sikap, sempit pandangan, sempit dada, sempit perasaan khususnya pada hal-hal syariat agama,” jelas Abdul Syukur.

Kemudian ciri selanjutnya adalah sikap keras kepala dan ingin menang sendiri. Mereka yang sudah terpapar akan lebih suka memusuhi orang yang berbeda pendapat dengan mereka.

“Tashadud atau keras kepala, ingin menang sendiri. tindakannya yang mengarah ke ektrimisme atau pemahaman garis keras, dan melakukan tindakan teror,” lanjutnya.

Terakhir, ini yang menjadi ciri paham radikal di Indonesia yang sangat kentara, yakni desakan untuk merubah kesepakatan Indonesia sebagai Negara Demokrasi dan Negara Pancasila menjadi Negara Islam atau Negara Khilafah.

“Bercita-cita mengubah negara NKRI menjadi Negara Khilafah,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.