Beritaasatu – Bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1436 H/2015 M, Kabupaten Tolikara, Papua memanas. Umat muslim yang tengah menyambut hari besar Islam itu dibubarkan paksa oleh jemaat Gereja Injili di Indonesia (GIDI) karena merasa terganggu. Saat itu jemaat GIDI juga tengah melangsungkan kegiatan seminar internasional dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) Pemuda.
Bentrokan pun terjadi antar kelompok masyarakat beda agama itu. Akibatnya, satu orang meninggal sementara belasan orang mengalami luka-luka. Bentrok di Tolikara menyebabkan sebuah mushalla dan puluhan kios hangus terbakar, sekitar 153 orang mengungsi.
Bentrokan tersebut jelas merupakan preseden buruk bagi kerukunan umat beragama di Indonesia yang majemuk. Apalagi, isu agama adalah isu sensitif yang dapat memicu amuk masyarakat. Bagai api disiram bensin, amarah masyarakat yang didominasi kaum muslim ini akan mudah tersulut jika sudah bersinggungan dengan persoalan agama.
Untung saja, dua organisasi Islam terbesar di Indonesia Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), lewat tokohnya masing-masing, menolak untuk terpancing. Walau sama-sama mengecam pelarangan beribadah bagi umat muslim dan kekerasan yang dilakukan jamaat GIDI, keduanya sepakat agar konflik tersebut tidak meluas.
Oleh karena itu tokoh Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengimbau kepada seluruh umat Islam di Indonesia untuk tidak mudah terpancing.
Ketua Majelis Ulama Indonesia ini juga meminta umat muslim untuk tidak bereaksi berlebihan dan membalas dendam.
“Saat-saat sekarang ini, kalau tindak kekerasan dibalas tindak kekerasan, hancur negara ini!” serunya, Ahad lalu.
Din Syamsuddin juga menjelaskan bahwa apa yang dilakukan jemaat GIDI bukanlah gambaran umum Kristen Indonesia. Menurutnya banyak juga umat Kristiani yang baik dan toleran. Ia pun mengajak umat Islam untuk menampilkan wajah toleransi sejati.
“Tidak mungkin ada toleransi di negeri ini kalau umat Islam tidak toleran,” imbuh Din Syamsudin seraya mengatakan kasus tersebut harus dilanjutkan ke jalur hukum.
Hal Senada juga disampaikan tokoh NU, Said Aqil Siradj. Ia juga berharap bentrokan yang terjadi di Kecamatan Karubaga tersebut tidak terulang lagi di kemudian hari. Karena jika terulang, menurutnya, bentrokan semacam itu akan merusak persatuan Indonesia dalam menghadapi era globalisasi.
“Kalau sampai ada aktor intelektual di balik kejadian ini, itu sangat jahat sekali. Karena sebenarnya bangsa ini adalah bangsa yang berbudaya. Kita semua menyepakati bentuk nation state/darussalam/negara kesatuan, yang merangkul semua komponen bangsa ini. Saya berharap pemerintah, melalui aparat penegak hukumnya, harus segera mengungkap kejadian ini dan menindak pelakunya,” pinta Said Aqil Siradj.
Komentar