Beritaasatu – Disadari atau tidak, perilaku kasar ada di sekitar Anda. Layaknya flu, perilaku kasar mudah menular.
Demikian kesimpulan dari penelitian University of Florida yang dipublikasikan dalam Journal of Applied Psychology.
“Karyawan yang terekspos perilaku kasar menjadi carrier. Ia akan bersikap kasar pada orang yang berinteraksi dengan mereka selanjutnya,” ujar periset Dr. Jennifer Newman.
Dalam penelitian partisipan diminta menonton video tentang perilaku kasar dalam interaksi di kantor. Saat diminta menjawab surel dari pelanggan, mereka cenderung lebih kasar dalam merespons. Sebaliknya, mereka yang nonton video perilaku baik di kantor, tidak bersikap kasar.
“Masalahnya, kita sering bersikap toleran menghadapi perilaku seperti ini. Padahal berbahaya. Perilaku kasar punya efek negatif yang sangat kuat di kantor,” kata peneliti Trevor Foulk.
Efek yang ditimbulkan adalah menurunnya kreativitas, stres meningkat, kelelahan emosi. Ini dapat dialami mereka yang terekspos langsung, maupun sebagai saksi perilaku kasar.
Hampir 98 persen karyawan dalam penelitian melaporkan perilaku kasar di kantor. Sementara 50 persen karyawan terekspos perilaku kasar paling tidak satu kali sepekan.
Menurut Newman Anda dapat mengatasinya. Pertama, sadar bahwa perilaku kasar mempengaruhi semua orang. Setelah Anda menerima perlakukan kasar, luangkan waktu untuk diri sendiri. Misal pergi ke toilet atau keluar kantor sejenak. Ingat bahwa sebaiknya Anda tidak melanjutkan sikap kasar pada rekan kerja lain.