Beritaasatu.com – Sekelompok warga Australia yang menamakan dirinya The Reclaim Australia menggelar serangkaian unjuk rasa di berbagai wilayah. Mereka menolak Islam ekstrim berkembang di negara kangguru tersebut.
Para pengunjuk rasa itu melakukan jalan kaki di berbagai wilayah di Australia pada Sabtu (4/4). Mereka mengatakan unjuk rasa dilakukan untuk menentang ekstremisme Islam. Sambil berjalan kaki, mereka mengibarkan bendera Australia dan membawa bentangan spanduk bertuliskan, “Australia Yes, Shariah No.”
Apa yang dilakukan oleh The Reclaim Australia ini mendapat ratusan dukungan dari berbagai wilayah di Australia. Juru bicara kelompok ini menolak disebut rasis dan anti-Islam. “Kami adalah pendukung nilai-nilai pro-Australia dan anti-Islam ekstrem, tapi kami tidak anti-Muslim,” kata juru bicara The Reclaim Australia Catherine Brennan kepada AFP. Ia menambahkan tidak ada rasisme di belakang aksi unjuk rasa tersebut.
“Sejak kapan mencintai negara anda dan mencintai nilai-nilai dan budaya yang kami dibesarkan dengan itu semua, menjadi sesuatu yang rasis?” katanya menegaskan.
Sementara pendukung Reclaim Australia John Oliver mengaku kepada Australian Broadcasting Corporation bahwa kelompok itu tidak anti terhadap kelompok atau ras tertentu. “Kami melawan ekstrimis dari satu agama tertentu,” katanya.
Di Sydney, pengunjuk rasa terlibat bentrokan dengan polisi karena menolak menurunkan spanduk bertuliskan, “No Islam, No Shariah, No Halal,” yang mereka bawa. Sementara di Queensland, seorang mantan polisi terkenal Pauline Hanson mendukung aksi tersebut karena menentang ekstrimisme.
Namun sebagian warga Australia justru menganggap aksi tersebut malah menghasut rasisme dan memicu kekerasan terhadap Muslim. “Acara ini memberi kesan, siapa pun yang Muslim pasti membawa kekerasan, mendukung terorisme dan memenjarakan wanita. Ini seperti upaya membuat label klasik tentang Muslim,” komentar Clare Fester, seorang aktifis Australia yang menolak unjuk rasa tersebut.
Komentar